Detik terakhir #part 9 (Part terakhir)

Kamis, 10 Juni 2010 21.50 Diposting oleh reri saputra 2 komentar
saya memutuskan untuk melanjutkan cerbung ini,,
karena konsep cerita di otak saya ingin saya tuangkan ,,,,
nama pemain telah saya ganti menjadi "Rian"

"hanya ingin menyelesaikan ,,, bagi yang mau baca dipersilahkan"


sebulan kini telah berlalu sejak kepergian rian untuk selamanya. tapi rasa duka kehilangan itu tak dapat kusembunyikan. setiap minggu pasti kusempatkan untuk menziarahi makamnya. seberapa banyak bunga yang kutabur maka sebanyak itulah airmata yang kuteteskan.

lintar sudah benar-benar sembuh. hari ini adalah hari yang kami nanti-nantikan selama ia sakit. yakni hari dimana perban matanya akan dibuka. semua sudah berkumpul di ruangan tempat ia dirawat. zwilla nampak tak henti tersenyum getir antara senang dan cemas.

perlahan dokter membuka perban matanya. kami menunggu penuh harap. beberapa saat setelah perban terbuka kulihat lintar menegedipkan matanya dan berkata "kak zwilla, kak re ,," ucapnya sambil melihat kami berdua. zwilla tampak sangat senang dan terharu. tapi aku tak bisa menahan tangis, karena melihat mata itu, mata pangeran kecil kecilku dulu yang sekarang sudah tenang dialam sana. ya Allah,, ini semua membuatku menngenang masa-masa itu. saat dimana aku bermain dan bercanda dengannya.

seminggu waktu untuk pemulihan lintar. setelah lintar benar-benar pulih maka aku dan zwilla mengajaknya untuk berziarah ke makam rian sebagai ucapan terimakasih. kami bertiga mengenakan pakaian hitam dan menyiapkan bunga untuk ditabur dipusaranya.

sesampai di pemakaman kamipun menuju makam rian.
sesampai disana hatiku tersentak dan syok berat. ya Tuhan ,, tak salahkah yang kulihat ini. apakah itu adalah benar-benar pangeran kecilku. kudekati dia dan kupandangi seluruh tubuhnya.

"rian" ucapku lirih

dia menatapku heran. dan berkata
"bukan saya bukan rian, kalian siapa ??" tanyanya heran.

"pasti kamu rian kan ucapku"

"bukan,, rian sudah tenang dialam sana. saya adalah saudara kembarnya perkenalkan nama saya Randi. sejak kecil kami memang sudah terpisah karena perceraian orang tua kami, dan hari ini saya berziarah ke makamnya karena belum sempat menyampaikan salam perpisahan didetik terakhirnya" jelas randy pada kami.

***

setelah kejadian itu kami mulai bersahabat dengan randy. randy mengisi ruang kosong selama ini. menggantikan kepergian rian. ia menjadi sahabatku yang baru seperti dulu. sekarang aku tersenyum didetik terakhir terakhir hidupku. karena dulu didetik terakhirnya akulah yang menemani dan sekarang didetik terkhirku randylah yang menemani.

ya,, aku juga adalah seorang penderita kanker ganas seperti rian. maka dari itu aku dulu sangat ingin menjadi sahabatnya.
sekarang aku berada di titik nadir.
aku akan penuhi janjimu adekkku.
aku akan menyusulmu kesyurga. nantikan aku seperti janjimu dulu saat kau usap air mataku.


SELESAI

Detik terakhir #part 8

21.49 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
makin semangat nulis gara-gara ngeliat antusias pembaca yang menggila
(apa gila beneran yak ????)

gag tau dah ,,,

ayo di baca ......

"Lintar harus bisa kembali melihat " .. itulah tekad yang tertanam dihatiku.

kutinggalkan zwilla, bu nopi, dan syifa. kutelusuri lorong rumah sakit yang hening dan sepi ini. tak ada lagi satupun keluarga pasien yang datang membesuk. karena memang jam ditangan ku telah menunjukkan pukul 00.30 dini hari.

kumasuki ruang melati tempat bunda, dan bi zahro sedang menunggu jasadnya Rian. Mungkin sekarang ia telah tersenyum di syurga sana menantikanku suatu saat nanti. sebenarnya aku tak kuat kembali ke ruang hampa ini. karena terlalu banyak cerita indah di detik terakhir yang aku lalui bersamanya .

tanpa membuang waktu kudekati bunda. kuceritakan semua yang terjadi pada lintar dan bagaimana keadaannya sekarang. bunda terlihat semakin syok. karena memang lintar sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

inilah saatnya aku menyampaikan tekad itu.
"bun,, lintar sedang membutuhkan donor mata. apabila tidak segera didapatkan maka ia akan buta selamanya. menurut reri pasti rian akan tersenyum di syurga sana apabila ia bisa berbuat banyak untuk lintar" .. ucapku perlahan pada bunda

"maksud kamu apa re ??" tanya bunda sinis

"bunda mungkin kaget kalau seandainya re minta kita mendonorkan mata rian untuk lintar. tapi bun,,,itu satu-satunya cara untuk menolong lintar bun.." .. kuyakinkan kembali bunda

beberapa menit kemudian kulihat air mata bunda menetes dan ia menganggukkan kepala. satu kata yang kuucap "alhamdulillah" terimakasih ya ALLAH, telah kau bukakan pintu hati bundaku. kuciumi tangannya dan segera kuberlari ke ruangan UGD.

aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaanku saat ini. semua bercampur aduk. kukabari berita baik itu pada zwilla, dokter dan yang lainnya. tanpa menunda waktu dokter langsung melakukan operasi pemindahan kornea. kami semua hanya bisa berdo'a.

5 jam operasi telah berlalu. dokterpun keluar ruangan dan mengabarkan operasi berjalan lancar. dan diperkirakan lintar akan kembali bisa melihat 1 bulan kedepan setelah perban matanya benar-benar bisa terbuka.

***

pagi ini aku mengenakan pakaian hitam dan kacamata hitam. aku tak ingin ia melihatku menagis di acara pemakamannya. aku hanya berdiri disamping bunda. kami semua hanyut dalam keharuan.

sekarang jasad pangeran kecilku telah berada dibawah sana. tertimbun di dalam gelapnya liang tanah yang menusuk dinginnya. tak kubayangkan dia sendiri disana. karena dalam ingatanku.. ia anak yang sedikit penakut. dan akulah yang selalu menemaninya. tapi ternyata sekarang mautlah yang memisahkan kita.

bunda, aku, bi zahro dan kerabat lain menaburi bunga dipusara pangeran kecilku itu. orang-orang satu persatu telah beranjak dari pemakaman. tapi kami masih terdiam disini. tak sanggup untuk meninggalkan si bocah kecil yang selalu tersenyum ceria itu !!

Detik terakhir #part 7

21.48 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
wuiiihhhhhhh
udah part 7 nech ,,,,,
*penulis masih berduka ,,,
jadi mohon maaf kalo ceritanya belum bisa ceria !!

ok ,, dimulai ..

tiba-tiba lintar melihat sekilas cahaya dan mendengar suara klakson yg begitu keras. duaaaarrrrrrr ..... bunyi yang begitu kuat. diiringi teriakan zwilla yg histeris .
"liiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnntaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrr" .. teriak zwilla menghampiri tubuh adiknya yang berlumuran darah. terlihat nafas lintar tersenggal-senggal dengan darah yang mengucur dari telinga, hidung bahkan matanya mengeluarkan darah yang tak sedikit.
zwilla memeluk tubuh lintar dipahanya, ia panik tak tahu harus berbuat apa. bahkan untuk menangispun ia tak sempat. yang terlihat hanya wajah cemas dan takut kehilangan adik yang sangat ia cintai.

dari mobil hitam yang agak remuk bagian depannya itu keluarlah seorang ibu diikuti anaknya dari belakang. benar-benar terlihat gurat penyesalan di wajahnya.

"maaf,,, saya tidak sengaja. ayo kita bawa kerumah sakit, saya akan menanggung semua biaya pengobatannya sampai sembuh" ucap si ibu meyakinkan.
sedangkan anaknya hanya diam dan terlihat ketakutan melihat darah yang berceceran.

zwilla hanya mengangguk dan langsung mengangkat tubuh lintar ke dalam mobil dibantu oleh ibu tersebut. mereka segera menuju rumah sakit terdekat yakni rumah sakit tempat aku berada sekarang ini.

***

Lintar sudah memasuki ruang UGD. Zwilla berlari kearahku yang memang duduk di pojok rumah sakit yang tak terlalu jauh dari tempatnya berada.

"kak re,,, lintar kak ... lintar !!!" .. ucapnya menangis dipelukanku.

"ada apa zwil,,, ada apa dengan lintar ???" .. ucapku benar-benar tak tahu.

"lintar masuk UGD kak ,, tadi ada mobil yang menabraknya saat kami menuju kesini"

aku dan zwilla menuju ke depan ruangan UGD menanti kabar terbaru dari dokter. rasanya hari ini adalah hari dimana cobaan hidup semua bertumpu pada kami. apakah kami harus kehilangan lintar setelah irsyad yang baru beberapa jam meninggalkan kami semua. tidak .... aku harus menjauhkan pikiran negatif itu daro otakku. lintar pasti selamat.. itu pasti !!!

disaat kami tengah resah menanti ibu dan anaknya tadi membuka pembicaraan.

"nama saya bu Nopi dan ini anak saya syifa,,, kami benar-benar tidak sengaja,, mohon maaf atas kejadian ini.. saya akan menanggung semua biayanya.. berapapun itu " katanya meyakinkan.

kami berdua tak bisa berkata-kata. antara marah, sedih, dan semua bercampur aduk. tapi kami sedikit lega karena bu nopi mau bertanggung jawab.

sekitar setengah jam kami menunggu dan keluarlah seorang dokter dari ruang UGD tersebut

"maaf dengan keluarganya lintar ???". ucap dokter setengah baya tersebut

"iya ,, saya kakaknya dok ,, bagaimana keadaan adik saya ??".. ucap zwilla mendesak

"saat ini keadaan lintar sangat parah ,, akibat kecelakaan itu kornea matanya pecah ,, ia harus buta untuk selamanya !!"

"tidak ,, apa tak ada cara lain agar lintar bisa melihat dok ???" .. zwilla sangat tak bisa menerima ini semua

" ada satu cara ,, yakni transfer kornea .. tapi sangat sulit untuk menemukan pendonor apalagi di indonesia" ucap dokter pesimis.

semua terdiam sejenak mencekam dalam sepi

"rian" batinku ..
"apakah mungkin bisa korneanya menggantikan kornea lintar ????"
"bagaimana cara meyakinkan bunda ???"

tuhan ,,,
apa yang harus kulakukan ..
apakah aku harus mengusik keadaan pangeran kecil yang baru saja meninggalkanku. ataukah aku biarkan lintar begitu saja ?????
satu pertanyaan terbesar dalam otakku
"bagaimana dengan bunda ?????"


***

segini dulu ya !!!
pemain baru diatas :

1. NopiiPutrii Dlinstarsobaddebominozjoonbe : ibu yang nabrak lintar ( keeeeejjjjjaaaaaaaaaaaammm)
2. Syifa Fakhrul Alyssa : anak bu nopi (ntar dech lebih banyak tentang syifa )

Detik terakhir #part 6

21.48 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
Teman-teman . .
Di part 6 ini rasanya penulis gag kuat menahan cobaan hidup yg begitu berat . .

Langsung di baca aja ya ! !

Aku tengah berada di sebuah kamar tidur sederhana. Jendela yang menghadap ke halaman depan rumah itu kubiarkan terbuka begitu saja. Karena memang aku ingin menikmati indahnya sinar rembulan dan kerlip manja bintang-bintang kecil di atas sana. Pikiranku jauh melayang entah kemana.

Sesaat aku tersentak oleh getaran handphone yang tergeletak di atas meja belajar. Kulangkahkan kaki untuk meraihnya. Dan ternyata itu pesan dari bi Zahro (jia a ah h . . Kok pada ketawa . . . Bi zahro punya handphone tau' . . BB Terbaru cing . . Bisa update fb n twitter everytime . . Ha ha ha . . )

perasaanku mulai tak enak. Perlahan kubuka pesan tersebut. Dan benar sekali . .
" re, , sekarang irsyad sedang kritis"
pesan singkat yang benar-benar membuatku tersentak.

Seakan tak ingin membuang waktu. Langsung saja kuraih jaket yg berada di belakang pintu kamar dan bergegas menuju rumah sakit.
***
sesampai dirumah sakit kuberlari sekencang mungkin menuju ruang melati tempat irsyad dirawat. Langkah kakiku lunglai, seakan berat untuk melangkah ketika merasakan kentalnya aroma kesedihan.

Tepat didepan ruangan melati kulihat bunda tengah terduduk lesu tak berdaya. Air mata tak henti mengucur dari matanya. Seakan dunia begitu kejam pada seorang ibu yang sangat menyayangi putra tercintanya.

Disamping bunda kulihat bi zahro mencoba menenangkan. Walaupun aku tahu sebenarnya ia juga sangat terpukul. Bagaimana tidak. Bi zahro telah bekerja dirumah bunda sebelum irsyad lahir (jia a a ah h . . Udah tua juga rupanya si bibi ini . . Hakz hakz hakz)

aku menduga-duga apa yang tengah terjadi. Kuseret langkahku menuju ke arah bunda. Tapi sebelum aku tepat berada disampingnya. Pintu kamar itu terbuka dan keluarlah dokter lydia sambil berkata :
"irsyad tidak bisa tertolong lagi" . . Ucapnya lirih .

Bunda tak bisa menahan tangisnya. Aku memeluknya dan mencoba merasakan apa yg tengah ia rasakan. Aku tahu bunda tak kuat menerima ini semua. Perlahan tubuhnya lemas tapi kucoba berbisik di telinganya . .
"bunda harus kuat, irsyad pasti tak ingin melihat kita seperti ini" . . Ucapku sangat bersimpati.

Aku, bunda, dan bi zahro memasuki ruangan kamar. Di tengah ruangan itu kulihat sebuah jasad yang tak lagi bergerak. Tubuh yang tak lagi berdaya. Bibir yang tak lagi bisa tersenyum. Tuhan. . . Benarkah itu pangeran kecilku. Pangeran yang selalu melewati hari-harinya bersamaku. Tuhan . . Hari ini aku benar-benar membenciMu tapi aku tahu dan sadar semua akan kembali padaMU.

Bunda hanya bisa menangis memandangi tubuh putranya. Kucoba mendekat menuju tubuh sahabat kecilku itu. Kubuka kain putih penutup mukanya. Ya Allah . . . Aku benar-benar tak kuat. Tak sanggup rasanya menerima kenyataan yg begitu berat ini. Inikah detik terakhir yang kunantikan selama ini. Kukecup keningnya yang dingin tanda perpisahanku untuk selamanya.

Suasana ruangan itu begitu mencekam. Kutinggalkan bunda dan bi zahro. Karena memang aku benar-benar tak kuat. Kuberjalan menuju sudut koridor rumah sakit dengan air mata yg terus menetes. Kuraih handphone dan kukirim sms kepada zwilla dan lintar. Kuharap mereka bisa lebih kuat.
***
#dirumah zwilla . .
Ketika membaca sms dariku kedua kakak beradik ini bergegas menuju rumah sakit. Mereka berlari menuju jalan raya. Zwilla telah jauh di depan. Sedangkan lintar jauh di belakang. Saat menyebrangi jalan tiba-tiba lintar melihat sekilas cahaya dan suara klakson yg begitu keras diiringi teriakan zwilla yg histeris . .

"bagaimana kelanjutannya . .
Apa yg terjadi pada lintar . . ? ?"

tggu ya ! !

Detik terakhir #part 5

21.47 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
part 5 siap tayang ,,,
jangan kebanyakan ngakak ya ,,
ni partnya serius lo !!

selamat membaca



keringat mengucur deras dari kening kami bertiga. tapi semangat tak akan pernah pudar.hadiah terakhir ini kami harap bisa membuatnya tersenyum menuju syurga. semua tenaga telah kami kerahkan. huhft ....... akhirnya semua telah beres... (kami bertigapun saling mendekat dan berpelukan,, setiap mata tak bisa menahan tetes air yang akan mengalir)

"youk saatnyakerumah sakit" .. ucap lintar yang tampak bersemangat

"ayok,, let's go,," .. jawab kami berdua kompak

#sementara itu di rumah sakit

rian terbaring di tempat tidur dengan wajah pucat tak bersemangat. ruangan bercat hijau itu tak bisa membuatnya tenang. bunda dengan setia mendampingi rian di tepi tempat tidur. sedangkan disisi bunda ada bi Zahro yang edang mengupas apel untuk rian .. (eittttzzzzz,, ada tokoh baru nech ,, namanya bi zahro. itu loch pembantu di rumah bunda yang setiap hari ngurusin rian,,,!!! belum pada kenal ya ??.. gih sono kenalan dulu !!)..
(dilanjut yak,,)
sementara dokter lydia sedang mengganti infus di tangan rian. terlihat rian menahan sakit saat jarum infus itu dipasang.
setelah dokter lydia selesai ia tersenyum ke arah bunda dan pergi meninggalkan ruangan.

"bun,,!! kak re, kak zwilla, dan lintar belum datang ya ???" tanya rian memecah kesunyian.

"belum" jawab bunda sambil melihat jam di tangannya.

detik demi detik berlalu. menit pun terlewatkan. dan telah 2 jam sahabat-ahabat yang ditunggupun tak kunjung datang.
tiba-tiba dari luar terdengar ketukan pintu, rianpun tersenyum. tapi sayang yang masuk adalah dokter lydia. wajah rianpun kembali cemberut. ... (jiaaahhhh,, sabar ya bu dokter,, rian bosen kale' ngelihat muka ibu' ,, hehehehe).

"lo,, kok cemberut,, senyum donk,, dokter punya kabar gembira nech buat rian !!" .. ucap dokter lydia membuat penasaran.

"apaan dok ??" .. tanya rian antusias .

"itu lo,, sahabat-sahabat kamu baru saja menemui dokter dan meminta dokter membawa kamu ke pinggir danau tempat kalian biasa bermain,, katanya mereka punya kejutan untukmu .." .. jelas dokter lydia dengan semangat

"benarkah dok,, ayo kita kesana !!" .. desak rian yang sudah tak sabaran

"iya,, dokter siapkan kursi roda dulu ya !!"

***
(semakin serius nech,, jadi dihayati ya !!)

rian, dokter lydia, bunda, dan bi zahropun menuju ke tempat yang telah kami persiapkan. mereka turun dari mobil,rian yang duduk di kursi roda sudah tak sabar akan kejutan dari sahabatnya.

"rian,, dokter harus menutup mata kamu,, sesuai permintaan mereka" .. dokter lydiapun menutup mata rian menggunakan kain penutup yang ditititpkan lintar kepdanya.. dan dia mulai mendorong kursi roda kearah pinggir danau dengan diikuti bunda dan bi zahro dari belakang.

sesampai dipinggir danau dokter lydia membuka ikat mata rian. tepat di hadapannya telah berdiri ebuah panggung sederhana yang setiap sudutnya dihiasi tanaman rambat yang berbunga warna-warni. tampak olehnya lintar sedang duduk disebuah kursi diatas panggung sedang memegang gitar lusuh miliknya, dan disamping kiri dan kanan lintar telah berdiri zwilla dan aku.

"sebuah lagu untuk sahabat kami tercinta"
ucap kami bertiga,,, yang dilanjutkan oleh petikan gitar lintar dan suara kami bertiga .. (jiaaaahhhh,, jadi penyanyi mendadak,,, kalo lintar mah emang penyanyi ,, kalo kita zwil ??? ,, au ahh,, lanjuttt )

Usap air matamu
Dekap erat tubuhku
Tatap aku sepuas hatimu

Nikmati detik demi detik
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu…

Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali

Nikmati detik demi detik
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu…

Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali

Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi …
Ku pergi…
Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
(Mungkinkah aku kembali)
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali

air mata kami tak bisa tertahankan, kamipun melangkah turun dari panggung sederhana itu dan memeluk rian sahabat kami tercinta.

"kak re,,, kakak jangan nangis donk ,, kalau kakak sedih,,rian juga jadi sedih,," .. ucapnya sambil menghapus air mataku.

"lintar,,, kak zwilla,,, terimakasih ya telah menjadi sahabat terbaik irsyad,, kalo seandainya rian telah pergi,, tolong buat kak re tersenyum ya !!"

air mataku tak bisa berhenti menetes mendengar ucapan pangeran kecilku itu. tak bisa kubayangkan jika harus kehilangan dirinya. aku terduduk lemas ditanah dan tak sanggup bergerak..
rianpun menghampiriku dan berbisik ,,

"kak re,, irsyad tunggu kakak sampai kapanpun di syurga,, kakak adalah sahabat terbaik yang rianmiliki" ..

dokter lydia mendorong kursi roda menuju mobil.karena memang rian tak bisa terlalu lama keluar dari rumah sakit

aku,, zwilla,, dan lintar masih tak bergerak dari tempat kami berada !!

"bagaimana kelanjutannya ?????"

wait #part 6 ya !!

Detik terakhir #part 4

21.46 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
Para pembaca yang saya hormati, , mohon maaf kalau cerita diawali dgn kesedihan . . Jia a a a a a ah h h . .

Ayo di baca :

seminggu setelah pertemuanku dengan bunda membuat dunia ini tak lagi terasa indah. Mentari tak lagi kurasa hangatnya. Rembulan tak bisa kunikmati indahnya. Hidupku seperti jasad tak bergerak. Tanpa rasa dan kata. Setiap hari yang kulakukan hanyalah memandangi kalender di sudut kamarku, apabila malam telah berganti maka coretan merah itu kulingkari pada setiap tanggalnya. Inilah detik-detik terakhirku bersama pangeran kecil yang kusayangi . . . ( hua a . . Hua a a . . Nangis bombay nich nulisnya . . ! !)

tapi perasaan itu tak akan kubawa saat aku sedang melewati hari dengannya. Ya . . . Selama 3 bulan terakhir ini aku akan selalu berada disampingnya. (so sweet gag nech . . He he )
"seperti biasa siang hari di rumah bunda"
"kak, , kenapa lintar ama kak zwilla belum lewat juga ya ? ?" tanya rian padaku.
"gag tau juga". (yaiyalah gua gag tau, , lo pikir gua mak mereka berdua . . Ha ha ha . . Si adek aya aya wae mah)
"kak, , ntar kita ikut jualan gorengan youk . . Bosan nich dirumah" pintanya dgn wajah imut dan senyum terindah.

Akupun tak bisa menolak permintaannya, kuanggukkan kepala tanda setuju.
15 menit kemudian terdengarlah suara khas dua kakak beradik tersebut. Dan kami langsung bergabung dan ikut berjualan gorengan.

Aku dan zwilla melayani setiap pembeli yang memanggil kami. Tapi dua bocah itu terlihat tak peduli dan sibuk dengan aktifitasnya. Akupun membiarkan mereka. Karena itulah yang kumau. Senyum di detik terakhirnya.
***
sejak saat itu kami berempat menjadi sahabat dekat. Aku dan rian sering bermain kerumah lintar dan zwilla. Sebuah rumah gubuk sederhana di samping sebuah danau yg begitu tenang dengan pemandangan yg sangat indah.
Hari demi hari kami lalui. Bercerita, , memancing, , bermain, berenang. Semua yg membua kami lupa akan kejamnya kehidupan.

Hari ini aku duduk di sebuah pohon yg biasa kami panjat untuk bersantai. Zwilla di bagian agak bawah dan lintar di bagian paling atas. Hari ini tanpa rian, karena sudah dua hari dia dirawat dirumah sakit. Kondisi tubuhnya semakin memburuk. Dan hari ini adalah tepat seminggu sebelum kepergiannya.

Kami tak akan membiarkan dia pergi begitu saja. Kami ingin di detik terakhir hidupnya bisa tersenyum melihat hadiah terindah yang kami persiapkan.

"apakah hadiah terindah itu ? ?"
"tunggu kehadiran tokoh berikutnya "Zahro" !

Part 5 segera hadir !

Detik terakhir #part 3

21.46 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
It's time to part 3
hitung mundur ya . . 3 . . 2 . . 1 . .

Mulai

"ni kak gorengannya, , semuanya jadi 15 ribu" . . Ucap zwilla sambil menyerahkan bungkusan gorengan. "oh iya , , " akupun mengambil bungkusan dari zwilla dan berkata . . "udah gih sana bayar, , yang minta gorengan siapa coba' . . ! !" (hua a ha ha ha . . Sambil memandangi rian dengan wajah usilku dan berlalu masuk ke dalam rumah, , )
"huhft, , dasar kak re pelit" . . (mukanya terlihat cemberut dan kesal, tapi aku yakin pasti si adek menyiapkan serangan balasan . . Jia a a ah h . . . Udah kaya' perang israel ama palestina aja nich)

rianpun menyerahkan uang lima ribuan 3 lembar kepada lintar dan mengucapkan terimakasih. Setelah itu irsyad mengejarku ke dalam rumah dan merebut semua gorengannya . . ( jia a aah h , , gag lucu bgt yak kejar-kejaran berebut gorengan . . Ha ha ha . .
"oh iya"
kami berduapun berlari keluar rumah dan melambaikan tangan pada lintar dan zwilla . . Dan sama-sama teriak "besok mampir kesini lagi ya . . ! !"
mereka tak menyahut tapi hanya menganggukkan kepala dan tersenyum . . (persis kaya' anak desa yang lugu . . Ha ha ha . . Kebayang gag sich ekspresinya zwilla kaya' apa . . ! !)

setengah jam kemudian bundapun pulang
"para pembaca yang budiman, , agak serius ya , , jangan kebanyakan bercanda"

bunda memasuki rumah dan kamipun langsung menyalaminya, , kemudian bunda menyuruh rian masuk kekamar untuk tidur siang. Jadi tinggallah kami berdua dalam keheningan.

Kutatap mata bunda dalam-dalam. Disana dapat aku rasakan kesedihan yang teramat sangat. .
Diantara kami tak ada yang memulai pembicaraan. Kulihat air mata bunda menetes dan tanpa kusadari air matakupun mengalir dengan sendirinya.

Kuberanikan membuka pembicaraan
"bun, , katanya bunda mau bicara tentang cek labornya rian, , gimana hasilnya bun ?" . . Ucapku dengan nada bergetar.
"kata dokter umurnya rian tinggal 3 bulan lagi re ! !" . . Bunda tak sanggup melanjutkan ucapannya.
Akupun sudah tak kuat mendengar ini semua. Rasanya seluruh tubuhku lemah dan tak ingin mempercayai ini semua.
"gag mungkin bun, , ini gag benar kan bun ? ? Bun, , cepat bun katakan ini gag mungkin terjadi" . . Aku benar-benar tak bisa menerima ini semua.
"bunda juga gag mau ini terjadi, , tapi ini yang diucapkan dokter Lydia . . Dokter yang selama ini merawat rian" . . Bunda mencoba tabah dan menjelaskan.
"gag . . Gag mungkin bun . . Dokter lydia pasti bohong ! !"

"bagaimana kelanjutannya ? ?
Tunggu part 4 ya "

Detik terakhir #part 2

21.44 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
bosan juga ya pake bahasa tulis yang melankolis, , he he he . . Mau pindah aliran nech, , ga' apa kan ? ?"

lanjut

ketika sedang asyik ngobrol dan bercanda hpku pun bergetar, ternyata ada sms yang masuk . . (cie . . Cie . . Hayo sms dari siapa ? ?)
ya sms dari bunda rian downk, , gmana sech ! ! Di part 1 kan udah di ungkapkan dengan panjang kali lebar sama dengan luas persegi panjang. . .
Ha ha ha , apaan nech ? ? . . Maaf penulis gaje dan rada strez z z . . . Hua a a

akupun membuka pesan yang masuk dari bunda. Bunda bilang "re, , bunda sekarang lagi di rumah sakit buat ngambil hasil cek labor rian. Kamu udah sampai rumah bundakan ! Jangan pulang dulu ya. . Bunda mau bicara".
Wo o ow w . .
Ni jantung rasanya mau copot dah, , dag dig dug gag karuan. Kira-kira gimana ya hasil labor kecebongku ? ?.
Tiba-tiba
"ada apa kak, , kok gelisah ? ?" tanya rian yang membuyarkan lamunan kegelisahanku. .
"eh , , gag ada apa-apa . . Cuma sms orang iseng . !" jawabku. ( gag tau dah kalo bunda sampe tahu kalo smsnya gua bilang orang iseng . . Pis s s bun . . Demi rian juga kan ? ?)

kamipun melanjutkan ngobrol, cerita, bercanda, ngebahas ini, itu, semuanya dech . . ! !
"sayup-sayup terdengar"
"goreng panas, , seribu tiga . . Ayo dibeli . . Ayo dibeli" (suara dari luar rumah).
"eh kak, , irsyad pengen makan gorengan nech , , kita beli youk ? ?" ajaknya .
"ayok" (agak terpaksa sich. . Gorengan kan banyak minyak dan kolesterolnya , , ntar bisa tambah gendut . .
Hua a a a a . . Ti i i da a a a a k k ! ! . . Tapi ini demi adekku tersayang).
Kami berduapun melangkah keluar rumah dan memanggil tukang gorengan tsb.
"gorengan , , sini . . ! !" panggilku pada dua anak laki-laki dan perempuan. Kelihatannya mereka adik kakak. (bener gag ya ? ? , , ntar dch di tanyain . . Sabar ya ? ?)
"kamu mau yang mana ? ?" tanyaku pada rian
"yang mana aja dech, dicampur aja kak !"

selagi mereka membungkus gorengan. Kamipun bercerita dgn akrab bersama mereka berdua. Ternyata yang perempuan namanya zwilla dan adiknya bernama lintar . .
Mereka berdua memang sudah biasa berjualan gorengan sepulang sekolah untuk membantu orang tuanya . ! !
(ji i a a h h . . Anak baik nech . . Wajib di contoh . . )

"segini dulu ya , ,"

Detik terakhir #part 1

21.43 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
Mentari memang selalu mengeluarkan panas ekstra untuk menyinari kota ini. Kota tempat dimana aku hidup dan berpijak. Kota yang sudah mulai memasuki tahap metropolitannya. Di jalanan tengah kota inilah aku berada, berjalan diantara lincah liuk bus kota dengan asapnya yg mengepul, berjalan diantara lalu lalang sepeda motor dan mobil yang jumlahnya sudah tak terkira. Terkadang aku berfikir "betapa banyak orang-orang yang kehidupannya berlebih di kota ini, tapi kenapa masih ada pengemis diantara jembatan penyebrangan yang aku lewati, kenapa masih ada anak-anak jalanan dan gelandangan diantara lampu merah dan zebra cros yang ku sebrangi". Ini salah siapa ? Batinku.

Dengan berbagai macam pikiran yg berkecamuk di kepalaku tentang orang-orang kaya, pengemis, anak-anak jalanan, polusi udara, ah . . . . . Ini membuatku sedikit pusing. Dan tanpa kusadari aku telah berada tepat di depan sebuah rumah yang letaknya tak begitu jauh dari jalanan utama kota ini. Sebuah rumah yang di pagari oleh tanaman bonsai yang tertata rapi, halamannya diselimuti rumput hijau yang menambah asri suasana.

Rumah bercat putih yang sederhana ini seolah tersenyum menyambut kedatanganku. "ya . .
Ini adalah rumah sahabatku, Seorang sahabat yang akan kucintai seumur hidupku, yang akan selalu kudampingi di detik terakhir hidupnya".

Kumasuki halaman rumah dan menuju ke pintu depan. Kuketuk sambil mengucapkan "assalamualaikum ! !",
dari dalam rumah kudengar sahutan menjawab salamku. Sahutan dari suara khas yang sangat aku kenal, suara yang terdengar tak begitu bersemangat. Tapi tahukah kalian bahwa dulu suara itu adalah kebanggaan kami semua. saat ia masih mampu untuk menyanyikan lagu dengan merdunya.

Sahabatku "RIAN SAPUTRA" yang biasa aku panggil kecebong itu membukakan pintu untukku. Seperti biasa saat aku mengunjunginya pastilah raut mukanya berubah menjadi bersemangad dan ceria. "eh kak re . . Masuk kak, tumben jam segini udah mampir !" katanya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
"oh . . kebetulan hari ini kakak gag ada kerjaan makanya kak mampir kerumah adek kecebongku yang lucu . . . He he" celetukku yg membuatnya tersenyum.
"kak, , kakak bawain buku pesanan adek kan ? ?"
kuraih tas yang kusandang dan kuambil sebuah buku didalamnya. Sebuah buku yang kuharap bisa membangkitkan semangat hidup kecebongku. Sebuah buku yang berjudul "SEMANGAT HIDUP PARA PENDERITA KANKER".

Dengan seketika air mataku berlinang tapi aku telah berjanji tak akan menangis di hadapannya. Maka dengan kekuatan hati kutahan air mata ini agar tak menetes.
"kakak kenapa ? ? Kok matanya berair ? ?" tanyanya.
"eh . . Gag kenapa napa . . Tadi di jalan banyak debu makanya mata kakak agak perih !" jawabku mencari-cari alasan.

Ketika sedang asyik mengobrol dan bercanda hpku pun bergetar . .
Ternyata ada sms masuk dari Bundanya rian . .
Apakah yg di sms bunda . ? ?
Bunda sedang dimana ? ?
Ntar ya

*Duuh hh capek juga ya nulis cerita melankolis . . Sampai disini dulu ya adekku zwilla . . ! !
Ntar kak lanjut !*

tugas buk sadini

Senin, 07 Juni 2010 07.13 Diposting oleh reri saputra 0 komentar
NAMA : RERI SAPUTRA
NIM : 0905121114
BK REGULER A 09
Dr. Seto Mulyadi, Psi,Msi

Sahabat Anak-anak
Kedekatannya dengan dunia anak membuat dia begitu dikenal sebagai sahabat dan pendidik anak-anak. Namun, tidak banyak yang tahu kalau peraih The Outstanding Young Person of the World 1987 ini pernah melalui getirnya hidup menjadi pembantu rumah tangga, tukang batu, dan tukang semir sepatu di Blok M.
Seto Mulyadi yang kemudian dikenal sebagai Kak Seto pada awalnya bercita-cita menjadi dokter. Manusia berencana tapi Tuhan yang menentukan. Seto malah mendedikasikan hidupnya demi kemajuan anak-anak.
Nama: Seto Mulyadi (Kak Seto)
Lahir: Klaten, 28 Agustus 1951
Agama: Islam
Ayah/Ibu: Mulyadi Effendy/Mariati
Istri: Deviana
Anak:
- Eka Putri Duta Sari
- Bimo Dwi Putra Utama
- Shelomita Kartika Putri Maharani
- Nindya Putri Catur Permatasari
Pendidikan:
- SD Ngepos, Klaten (1963)
- SMK, Klaten (1966)
- SMA St. Louis, Surabaya (1969)
- Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (S1, 1981)
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia (Magister bidang psikologi, 1989)
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia (doktor bidang psikologi, 1993)
Karir:
- Ketua Pelaksana Pembangunan Istana Anak-Anak Taman Mini Indonesia Indonesia (1983)
- Pendiri dan Ketua Yayasan Mutiara Indonesia (1982-sekarang)
- Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Nakula Sadewa (1984-sekarang)
- Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta (1994-1997)
- Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (1998-sekarang)
Kegiatan Lain:
- Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia (1983-1985)
- Director at-large International Council of Psychologists (1985)
- Anggota International Society for Twins Studies (1985-sekarang)
- Anggota Creative Education Foundation (1993-sekarang)
- Anggota World Council for Gifted & Talented Children (1994-sekarang)
Buku: Anakku, Sahabat, dan Guruku (1997)
Penghargaan:
- Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden RI (1987)
- The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987)
- Peace Messenger Award, New York, dari Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar (1987)
- The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989)
Alamat Rumah/Kantor:
Jalan Taman Cirendeu Permai 13, Jakarta 15419
Sumber: Dari berbagai sumber terutama Tempo dan Republika
Pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951 ini memiliki saudara kembar, dr. Kresna Mulyadi dan seorang kakak yang menjadi anggota ABRI. Ketika masih kecil, Seto termasuk anak nakal dan tidak bisa diam. ”Saya ini bengal,” katanya.
Akibat kebengalannya, Seto pernah jatuh saat bermain sampai kening kirinya sobek. Untuk menutupi bekas jahitan, potongan rambutnya dibuat ala The Beatles. Sampai dewasa, ketika sudah menjadi Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi tetap setia dengan model rambutnya.
Perjalanan hidup Seto di masa muda penuh liku yang pahit. Ayahnya, Mulyadi - direktur perusahaan perkebunan negara di Klaten - meninggal pada 1966 saat Seto masih berusia 14 tahun. Ekonomi keluarganya pun mulai kembang-kempis. Untuk mengatasi tekanan ekonomi ini, Seto terpaksa dititipkan ke rumah bibinya di Surabaya, bersama kakak dan saudara kembarnya, Kresna. Di sana, Seto melanjutkan sekolahnya di SMA St. Louis Surabaya.
Demi meringankan beban bibinya, juga untuk memenuhi biaya sekolah, Tong - panggilan akrab Seto dalam keluarganya – nyambi jadi pengasong di jalan-jalan selepas sekolah. Ia aktif pula mengisi sebuah rubrik untuk anak-anak di majalah terbitan Surabaya, Bahagia. “Di situ saya mulai memakai nama Kak Seto,” ujarnya. Sejak itulah, dan sampai sekarang, ia dikenal dengan panggilan Kak Seto.
Walau sekolah sambil bekerja, Seto tetap bisa aktif di OSIS bersama kembarannya. Bahkan rapornya selalu bagus. Lulus SMA, ia bercita-cita melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran. Tapi, cita-citanya menjadi dokter kandas, tatkala tak diterima di fakultas kedokteran, baik di Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia. Sementara Kresna diterima di kedokteran dan kakaknya, Ma’ruf, masuk Akabri.
Diam-diam, Seto memendam kekecewaan. “Hidup seperti itu membuat saya tertekan hingga akhirnya saya memutuskan meninggalkan rumah dan pergi ke Jakarta,” tuturnya. Subuh, 27 Maret 1970, ia pun berangkat tanpa pamit, hanya meninggalkan surat kepada ibunya.
Tiba di Jakarta sebagai penganggur yang luntang-lantung, Seto menumpang di garasi milik keluarga temannya, yang kebetulan ia kenal di kereta. Tidur beralaskan dua keset yang digabung, ia hidup sehari-hari dari penghasilan sebagai tukang batu, serta sesekali menulis di majalah Si Kuncung. Sembari bekerja serabutan dia kemudian mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun berikutnya. Tapi, seperti halnya kala di Surabaya, kali ini pun kegagalan kembali menyertainya.
Seto kemudian mencoba melamar pekerjaan ke hotel-hotel. Namun, akhirnya ia malah menjadi tukang cuci dan pel suatu keluarga yang kebetulan mempunyai anak cacat. Seto, yang juga bertugas merawat anak tersebut, harus bersedia menempati ”kamar” bekas kandang ayam yang berhadapan dengan WC. ”Baunya minta ampun,” ia mengenang.
“Waktu baru di Jakarta, saya mulai dari bawah, ya, saya kerja jadi pembantu rumah tangga, jadi tukang batu, jadi tukang semir sepatu di Blok M,” kenang Seto. “Berat sekali keadaan waktu itu, dibentak-bentak dan dimarahi oleh tuan saya,” lanjut pria yang merasa tenang bila dekat ibunya ini. Hingga suatu ketika, di rumah tempatnya menumpang, ia tertarik pada acara yang diasuh Bu Kasur di TVRI.
Satu hal, kalau melihat orang lain mampu melakukan sesuatu, Seto selalu berpikir, ”Ah, saya juga bisa.” Lalu dicarinyalah rumah Bu Kasur, dengan niat ngenger (berguru). Pak Kasur, yang menerimanya, membawanya ke Taman Kanak-Kanak Situ Lembang, Jakarta Pusat. “Akhirnya saya jadi asisten Pak Kasur,” tutur Seto.
Kegagalannya masuk ke Fakultas Kedokteran UI, membuatnya putar haluan dengan memasuki Fakultas Psikologi UI, atas saran dari Pak Kasur. Dua tahun kemudian, ia masih membantu Pak Kasur, sambil menjadi pembantu dan pengasuh anak di rumah Direktur Bank Indonesia, saat itu, Soeksmono Martokoesoemo.
Bersama Pak Kasur, Seto bisa menumpahkan “obsesi” masa kecilnya: kecintaan pada anak-anak - sesuatu yang berawal dari kerinduan datangnya seorang adik, setelah adiknya yang masih tiga tahun meninggal. Pilihannya pun makin mantap di saat mengasuh acara Aneka Ria Taman Kanak-Kanak di TVRI, bersama Henny Purwonegoro. Seto mendongeng, belajar sambil bernyanyi, bermain sulap bersama anak-anak.
Ilmu Pak Kasur ia gabungkan dengan kemahirannya bermain sulap, yang sudah ia pelajari sejak masih SD, melalui buku. Teknik mendongeng, menurut pengagum Mahatma Gandhi serta Napoleon ini, ia peroleh dari penulis dan penutur cerita anak-anak, Soekanto S.A., ditambah dengan pengalamannya sendiri.
Dengan bonekanya Si Komo berikut lagunya, ia pun makin lekat dengan anak-anak. Dan, ekonominya pun mulai membaik, hingga setelah menggondol gelar sarjana psikologi, Seto mengundurkan diri dari keluarga Soeksmono.
Saat masih duduk di bangku kuliah, 1983, Seto mendapat kepercayaan Ibu Tien Soeharto untuk mengetuai pelaksanaan pembangunan Istana Anak-Anak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Bahkan kelompok bermain Istana Anak-anak di yang dikembangkannya, di luar dugaan, memiliki peminat yang cukup banyak. Kini, pengembangan kelompok bermain yang bernaung di bawah Yayasan Mutiara Indonesia itu sudah menyebar di berbagai cabang di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, sampai di Bandung.
Pada 1987, Seto menikahi Deviana – yang usianya terpaut 20 tahun – gadis yang dicintainya. Tepat pada hari pernikahan, di saat tamu berdatangan, pengantin baru Seto-Devi melaksanakan nazarnya: mendongeng di panti asuhan.
Dengan membaiknya keadaan ekonomi, Seto membeli rumah tinggal di kawasan Cireundeu tetapi tidak ia nikmati sendiri. Sebagian dimanfaatkan untuk sarana bermain anak-anak. Di lahan seluas 2.000 meter persegi itu ada perosotan atau ayunan, ruang kelas, kolam renang mini, laiknya taman kanak-kanak. Semua ruangan didekorasi dengan warna-warna yang ceria dan benar-benar membuat anak-anak merasa di alam fantasi mereka.
Di situlah keempat buah hatinya, Eka Putri Duta Sari, Bimo Dwi Putra Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari menikmati masa kecilnya. ”Sebenarnya, tujuan membuat halaman yang luas adalah supaya anak-anak aktif bermain, menikmati alam dengan bebas serta lepas,” jelasnya, pada kesempatan lain. ”Bila anak-anak terlalu dikekang, akibatnya seperti kuda liar.”
Di dalam keluarga, dia menjadikan anak-anaknya sebagai sahabat dan guru. Hubungannya dengan buah hatinya itu sudah dituangkan dalam buku, ‘Anakku, Sahabatku, dan Guruku’ (1997). Di buku itu dia menuliskan betapa anak dapat menjadi sahabat dalam berbagi masalah. Anak juga bisa menjadi guru untuk belajar tentang kreativitas, spontanitas, kebebasan berpikir, pemaaf, tidak pendendam, dan mempunyai kasih sayang yang tulus.
Kendati begitu, dia masih saja mengaku tidak selalu tahu tentang anak. Dalam kaitan ini, mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta (1994-1997) ini pernah menuturkan, ”Saya bukan tahu segala hal tentang anak-anak, tapi berusaha untuk tahu tentang mereka.” Untuk itu, ”Saya memiliki senjata rendah hati, tidak pernah merasa paling berkuasa di keluarga, menghormati mereka sehingga mereka terbuka kepada saya.”
Kedekatannya dengan anak-anak, boleh jadi, membuat Seto kian merasakan kebutuhan untuk perkembangan anak. Dia pun mengharapkan agar anak-anak dipenuhi hak-hak mereka: hak memperoleh suasana gembira, hak bermain, dan hak untuk tumbuh dan berkembang dalam suasana tenang, tanpa merasa tertekan.
Kreativitas dan ide Seto makin cemerlang dengan mendirikan sekolah TK Mutiara Indonesia. Juga membentuk Yayasan Nakula-Sadewa yang menghimpun anak-anak kembar yang berasal dari keluarga kurang mampu. Sebagai pakar psikologi anak yang bergelar doktor, selain menjadi dosen di Universitas Tarumanegara, Jakarta, ia kerap menjadi pembicara dalam seminar, menulis artikel, dan buku.
Atas pengabdiannya pada dunia anak-anak, yang sampai kapan pun akan terus dilakukannya, Seto telah dianugerahi sejumlah penghargaan. Antara lain Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden RI (1987), The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987), Peace Messenger Award, New York, dari Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar (1987) dan The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989). Kemudian, walau tak pernah terlintas dalam benaknya, sejak 1998, Seto dipercaya menjadi Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA).
Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komnas Perlindungan Anak (KPA), Seto semakin giat berkarya membela anak-anak. Pasca bencana Tsunami di Aceh misalnya, ia bersama pemerintah merealisasikan pembentukan Trauma Center. Pendirian Trauma Center ini ditujukan untuk menangani gangguan traumatis pada anak-anak Aceh yang menjadi korban bencana alam dahsyat tersebut. Apa yang paling cepat membantu menyembuhkan trauma anak? “Adanya cinta, perhatian, dan dunia indah untuk bermain,” kata Seto.
Seto yang mempunyai motto: bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai anak-anak ini berharap supaya semua orang menganggap setiap hari adalah hari anak. “Bukan cuma tanggal 23 Juli saja, tapi setiap hari adalah hari untuk anak,” kata Seto. “Sehingga anak-anak Indonesia sekarang, apalagi yang terpinggirkan, bisa memperoleh hak-haknya sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan menjadi putra-putri bangsa yang terbaik untuk bangsanya,” ujarnya lagi.




Roy Suryo
Pakar Multimedia Kesohor

Siapa yang tak kenal dengan Roy Suryo. Dia pakar multimedia yang kesohor. Dengan talenta yang dimiliki, pria kelahiran Yogyakarta, 18 Juli 1968, ini begitu lancar dan gamblang mengungkap beberapa kasus foto-foto di internet melalui penelusuran yang berhubungan erat dengan dunia teknologi informasi.

Media pun genjar mempublikasikan sosoknya. Di mana ada kasus yang berhubungan dengan foto dan teknologi informasi, di situ dia dicara sebagai nara sumber.

Pernah namanya kembali mencuat setelah mengklaim telah menemukan lagu Indonesia Raya yang asli atau lengkap melalui penelusuran teknologi informasi bekerjasama dengan Tim Air Putih. Bahkan dia mengaku telah menemukan lagu Kebangsaan Indonesia itu melalui tiga versi sekaligus.Disusul kemudian penemuan yang cukup spetakuler rekaman pidato Bung Karno tentang Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Sosok satu ini sering membuat sensasional dalam sepak terjangnya menggeluti dunia tehnologi informatika. Sebelumnya, pria bernama lengkap KRMT Roy Suryo Notodiprojo, pernah juga mengungkapkan beberapa kasus yang menjadi sorotan publik, diantaranya, kematian penyanyi cantik asal Bogor, Alda Risma Elvariani yang tewas di hotel kawasa n Matraman, Jakarta Timur. Melalui kamera control (CCTV) hotel, dia menganalisa secara detail, kapan, bagaimana dan apa yang dilakukan si penyanyi tersebut sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Hasil analisanya sedikit membuka tabir apa yang terjadi pada pelantun ‘Aku Tak Biasa’ sebelum tewas. Pada beberapa kasus lainpun pria berkumis tipis ini selalu melakukan hal yang sama, menganalisa peristiwa- perperistiwa dengan perspektif tehnologi yang dia kuasai. Atas semua yang telah dilakukannya pria yang dikenal dengan nama Roy Suryo inipun memiliki beberapa julukan, pakar informatika, ahli multimedia, dan pakar telematika.

Pria pengoleksi 48 mobil kuno ini jatuh cinta terhadap dunia tehnologi sejak dia duduk di bangku sekolah menengah tingkat pertama atau SMP. Bahkan ditempatnya menimba ilmu, SMP 5, Padmanaba, Yogyakarta, Roy Suryo pernah merancang sistem Amplifier dan Komunikasi Sekolah. Tentu, diusianya yang masih dini, apa yang dilakukannya merupakan sesuatu yang langka.

Kecintaanya terhadap dunia tehnologi terus berlanjut hingga dia duduk bangku SMA. Pada saat di SMA, Roy Suryo bergabung dalam kelompok ilmiah remaja bidang fisika, dia sempat diangkat sebagai ketua kelompok ilmiah remaja ini. Di bangku SMU ini lagi-lagi Roy menciptakan sesuatu yang baru, merancang amplifier sehingga sampai sekarang alat dan perangkat-perangkat yang pernah dirancangnya berupa amplifier, bel sekolah dan system speaker masih berjalan dan masih bisa digunakan.

Hari-harinya sangat sibuk sehingga membuat pria yang akrab dipanggil roy sering terbang keliling Indonesia untuk memberikan mata kuliah multimedia dan konsultasi soal tehnologi yang dia kuasai itu. Tapi, pria yang berciri khas selalu ditemani dengan laptop kemanapun pergi ini mengaku merasa enjoy dengan semua aktivitas yang dilakoninya itu.
Dia berprinsip bahwa apa yang telah dilakukan yang terpenting bisa memberi manfaat bagi orang banyak. Bukan sebaliknya, memiliki keahlian dan kepandaian, tapi digunakan untuk mencelakakan atau mengerjai orang lain. Menurutnya, banyak orang yang lebih ahli dari dirinya, tapi sayang si ahli lebih memilih menyimpan ilmunya atau paling naïfnya lagi menggunakan ilmu itu untuk mengakali orang lain atau memperkaya diri sendiri.

Dunia teknologi bagi penyuka miniature mobil ini memang rentan penyalahgunaan. Banyak sekali orang yang kaya dalam sekejap karena kemampuan dan kelihaiannya mengotak-atik computer melalui jaringan internet melakukan tindakan penipuan. Tak terhitung sudah berapa banyak para hecker yang berhasil membobol bank dengang keahlian yang dimilikinya tersebut. Belum lagi seseorang yang sengaja menyebarkan issu yang tidak baik atau kejahatan dalam dunia cyber lainnya.

Untuk itu pria penggila mobil kuno ini selalu berusaha untuk mengerem tindakan dari hal tercela dengan terus berpegang pada pakemnya yang selama ini dipegang, “Sekecil apapun tindakan buruk yang pernah kita lakukan, ketika nanti sudah sukses justru menjadi boomerang dan menjatuhkan diri kita sendiri.”

Roy menyadari selama menjalani profesinya ini tidaklah selalu mulus seperti jalan tol. Banyak sekali kritikan dan gunjingan pedas yang dilontarkan orang padanya. Roy bertekad tetap bertahan dengan mempersembahkan yang terbaik bagi negeri ini. Dia terus-menerus menumbuhkan keyakinan pada dirinya, karena Roy percaya bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak bertentangan dengan hati nuraninya. Dia juga tetap memperhatikan control dari masyarakat terhadapnya.

Hobby Lain
Sebagai seorang pakar telematika, ternyata pria beristrikan Ririen Suryo ini mempunyai hobby lain, otomotive. Dia pengoleksi mobil Kuno. Ditempat tinggalnya, Yogya berderet tak kurang 48 mobil Mercy dalam kondisi sangat terawat. Koleksi mobil itu dari buatan tahun 1935 sampai buatan tahun 2006, uniknya lagi semua mobil itu memiliki nomor polisi sama AB 8888.

Untuk hal satu ini, Roy yang mempunyai hobby fotografi, elektronika, komputer dan otomotif ini punya alasan tersendiri, Roy mengaku suka sesuatu yang spesifik. Karena sesuatu yang spesifik itu akan membuat dirinya bisa lebih professional. Makanya dia sangat fanatic hanya mengoleksi satu merk mobil, Mercedes. Karena dengan hanya mengoleksi satu merk dia akan lebih mudah mempelajari dan merawatnya yang disesuaikan dengan spare part mobil itu sendiri. Mantan penasehat Mercedes Bens Club Jogja inipun mengaku tak perlu repot-repot bila terjadi kerusakan terhadap mobilnya tersebut.

Berkaitan dengan hobby mengoleksi mobil kuno ini, Roy punya cerita cukup menarik. Ketika menikah tahun 1994, Roy ingin sekali berpose didepan sebuah mobil kuno, tidak disebutkan jenis mobil kunonya. Sayangnya, dia kesulitan mendapatkan mobil tersebut. Sepuluh tahun kemudian atau tepatnya tahun 2004 Roy baru bisa membeli mobil yang dimaksud, kemudian dipergunakanlah mobil itu sebagai background foto pengantin bersama istrinya, Ririen Suryo.

Roy beruntung memiliki istri yang tidak hanya cantik, tapi juga pengertian dengan kesibukan-kesibukannya selama ini. Manakala dia kangen dengan istrinya, Roy tidak mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan istrinya. Apalagi saat seperti sekarang ini tehnologi semakin maju, dengan adanya era 3G di diamanapun kapanpun dia inginkan dengan mudah berkomunikasi pada sang istri.

Saat senggang Roy pemilik 20 antena parabola di rumahnya ini menghabiskan waktunya bersama istri tercinta, kebetulan dia belum dikaruniai putra. Di setiap ada acara keluarga, penyayang kucing ini rela meninggalkan semua aktifitasnya untuk menghadiri acara tersebut. Menurutnya, hidup itu jangan terlalu dibuat susah atau terlalu ngoyo, harus ada jeda untuk istirahat sejenak atau liburan bersama keluarga sehingga hidup akan lebih bernakna dan dinamis. (Dari berbagai Sumber ) ►e-ti/azizah






NAMA : HENDRIZAL NUR
NIM : 0905121116
BK REGULER A 09


Ir. Ciputra
Si Pengembang yang Menggeliat Kembali


Keran KPR yang mulai mengucur, membuat aktivitas PT Ciputra Development terdengar lagi. Kelompok usaha ini semakin giat beriklan. Akankah Ciputra segera berjaya kembali? Akibat krisis ekonomi yang melanda negeri ini, sebagaimana kebanyakan pengusaha properti lainnya, Ciputra pun harus melewati masa krisis dengan kepahitan. Padahal, serangkaian langkah penghematan telah dilakukan. Grup Ciputa (GC), misalnya, terpaksa harus memangkas 7 ribu karyawannya, dan yang tersisa cuma sekitar 35%.

Lantas, semua departemen perencanaan di masing-masing anak perusahaan segera ditutup dan digantikan satu design center yang bertugas memberikan servis desain kepada seluruh proyek. Jenjang komando 9 tingkat pun dipotong menjadi 5. Akibatnya, banyak manajer kehilangan pekerjaan. Lebih pahit lagi: kantor pusat GC yang semula berada di Gedung Jaya, Thamrin, Jakarta Pusat, terpaksa pindah ke Jl. Satrio -- kompleks perkantoran milik GC. Paling tidak, dengan cara semacam itu, GC bisa menghemat Rp 4 miliar/tahun.

Sementara Harun dan tim keuangannya -- setelah susut menjadi 7 orang dan gajinya dipotong hingga 40% -- hengkang ke salah satu lantai Hotel Ciputra, Grogol, Jakarta Barat. Di tempat itu, mereka menyewa beberapa ruangan. Selebihnya, kabar yang menjadi rahasia umum: utang GC macet total.

Menurut Harun, para petinggi CD waktu itu sadar betul kondisi yang ada tidak bakalan berubah secepat yang dibayangkan. Soalnya, berlalunya krisis moneter yang belakangan bermetamorfosis menjadi krisis multidimensional sejatinya berada di luar kendali mereka. Celah yang masih terbuka hanyalah konsolidasi internal dan restrukturisasi perusahaan.

Maka, selain memangkas biaya operasional secara drastis, CD pun segera menerapkan strategi pemasaran baru: menjual kapling siap bangun. Kata Harun, selain CD kala itu hanya menyimpan sedikit stok rumah siap huni, perubahan strategi pemasaran ini juga dilakukan untuk membidik konsumen berkantong tebal. Maklumlah, mengharapkan KPR ibarat pungguk merindukan bulan. Adapun yang tersisa, ya itu tadi, pasar kalangan kelas menengah-atas. Mereka biasanya lebih suka membeli kapling karena dapat menentukan sendiri desain rumahnya.

Keuntungan lain menjual kapling tanah: berkurangnya biaya operasional. Masih menurut Harun, dengan menjual kapling siap bangun, CD cuma berkewajiban menyediakan infrastruktur seperti telepon, air, listrik dan jalan. Memang, ketimbang membangun rumah siap huni, biaya penyediaan infrastruktur relatif jauh lebih murah. Dalam perhitungan Harun, biaya yang dikeluarkan per m2-nya cuma Rp 90 ribu.

Sementara itu, bila membangun rumah siap huni, CD mesti siap menerima kenyataan jika harga bahan-bahan bangunan meningkat pesat. Besi, misalnya. Setelah kurs rupiah terhadap US$, harganya naik 60%. Sementara semen dan keramik, masing-masing meningkat menjadi 40% dan 30%. Jadi, "Tak ada alasan tidak menerapkan strategi itu," ujar Harun. Kebijakan itu berlaku di Jakarta dan di Surabaya.

Guna mendukung strategi di atas, program-program above the line juga tak luput dikoreksi. Hasilnya, dari monitoring yang dilakukan, para petinggi CD akhirnya berkesimpulan, mubazir bila beriklan gencar di masa krisis. "Seperti membunuh tikus dengan memakai bom," jelas Harun. Alhasil, pilihan kemudian jatuh pada penjualan langsung. Bahannya diolah dari database konsumen milik CD. Dan supaya lebih terarah, database diolah lewat pembentukan klub-klub penjualan, di Jakarta maupun Surabaya.

Namun, apa daya, meski harga kapling siap bangun belum dinaikkan dan tim pemasaran bekerja sekeras mungkin, toh strategi itu tidak langsung membuahkan hasil yang memuaskan. Lebih dari Tiga bulan, konsumen yang tertarik dengan ratusan hektare tanah matang milik CD yang dijual dalam bentuk kapling siap bangun -- dari total 1.800 har landbank (tanah mentah) CD yang tersebar di Jakarta dan Surabaya -- bisa dihitung dengan jari.

Kata Harun, petinggi CD lagi-lagi sadar para pemilik uang sesungguhnya lebih memilih mendepositokan uangnya ketimbang membeli kaping siap bangun. Maka, "Tahun 1998 adalah tahun yang paling sulit yang pernah dilalui CD," kenangnya. Masalahnya, uang yang masuk selama setahun cuma Rp 40 miliar.

Itulah nilai total hasil penjualan lima proyek perumahan di Jakarta dan Surabaya milik CD. Jelas, ketimbang tahun-tahun sebelumnya, saat kondisi ekonomi masih normal, kenyataan tersebut benar-benar menyakitkan. Sebelum krisis, dari satu proyek saja, CD bisa meraup uang sebanyak Rp 10 miliar/bulan. Artinya, angka Rp 40 miliar tersebut biasanya dicapai hanya dalam sebulan.
Yang lebih menyesakkan, menurut sumber SWA, Pak Ci ikut-ikutan menambah beban psikologis pasukannya. Hampir setiap hari CEO GC itu uring-uringan tanpa sebab yang jelas. Seingatnya,waktu itu Pak Ci jarang bertanya kepada anak buahnya bagaimana sebenarnya kondisi di lapangan. "Ia malah seperti tak habis-habisnya melakukan pressure kepada timnya," jelas si sumber.

Dan lucunya lagi, bahkan di luar dugaan banyak orang -- sang sumber sendiri kaget luar biasa -- Pak Ci sampai-sampai "menodong" seorang pemuka agama agar jemaat gerejanya membeli kapling siap bangun di salah satu proyek perumahan CD. "Benar-benar tidak masuk akal," ungkap sumber. Benarkah? "Bohong. Kalau stres, siapa yang tidak stres waktu itu," bantah Harun.

Untunglah, bersamaan turunnya suku bunga deposito di awal 1999, strategi itu mulai menampakkan hasil. Kecil memang, tapi, "Kami sudah mulai sibuk," ujar Harun. Ia menunjuk aktivitas penjualan kapling siap bangun, khususnya yang di Surabaya. "Di kota ini, penjualannya cukup bagus."

Sayang, Harun tak bersedia menyebutkan nilai transaksi di Kota Buaya. Yang jelas, tidak seperti di Jakarta, jumlah item kapling siap bangun yang ditawarkan CD di Surabaya lumayan variatif. Dari segi luas contohnya, 1.200-2.000 m2 dengan harga jual minimal: Rp 600 ribu/meter2. Selain itu, ada pula kapling golf -- posisinya berhadapan atau di sekitar lapangan golf. "Kapling jenis ini, sekalipun lebih mahal, tampak paling disukai," jelas Harun.

Bagaimana dengan Jakarta? Kendati kapling yang dijual hanya berukuran 200-500 m2, angka penjualannya tidak sebagus di Surabaya. Dan kapling yang disukai konsumen kebanyakan yang berukuran 400 m2 seharga Rp 225-500 ribu/m2. Menurut Harun, hal itu terjadi karena tingkat persaingan di Jakarta lebih ketat ketimbang di Surabaya. Soalnya, "Ada banyak proyek serupa di sini," ujarnya. Dan, yang lebih penting, kapling golf bukanlah hal yang istimewa bagi banyak konsumen metropolitan. "Jadi, penawaran kami sama seperti yang lain. Karena itu pula, bisa jadi konsumen mencari yang lebih murah."

Seperti yang sudah-sudah, tutur menantu Ciputra itu, kebutuhan konsumen di Jakarta sejatinya adalah rumah siap huni yang dilengkapi fasilitas KPR. Karena itu, bermodalkan pendapatan hasil penjualan kapling siap bangun plus tersedianya sarana KPR, CD pun mulai menggiatkan pembangunan rumah siap huni, di Citra Raya Tangerang, Citra Indah Jonggol, Citra Grand Cibubur ataupun Citra Cengkareng.

Bersamaan waktunya, CD pun kembali rajin beriklan. Namun, tidak seperti tiga tahun lalu, kini belanja iklannya diatur ketat. Indikator pertama yang dihitung sebelum mengeluarkan uang untuk berpromosi di berbagai media cetak adalah jumlah total hari libur dalam setiap bulan. Yang jelas, sebulan CD beriklan tak lebih dari tiga kali. "Bukan apa-apa. Kami hanya ingin iklan itu bisa efektif mencapai sasaran," katanya. Ia menambahkan, klub-klub penjualan yang dulu sempat dibentuk tetap diteruskan.

Hanya saja, lagi-lagi sayang, Harun mengaku tidak ingat persis jumlah uang yang masuk ke kocek CD setelah perusahaan properti yang dipimpinnya itu kembali rajin beriklan. Ia hanya mengatakan, "Cash flow kami cukup aman." Ditambah semakin membaiknya daya beli konsumen, Harun pun optimistis, CD dan GC bisa berkibar kembali. Namun, tentu saja, ia mengaku, "Tidak seperti dulu lagi."





































Liem Swie King
Pahlawan Bulutangkis Indonesia

TokohIndonesia.com 28/02/2009: Liem Swie King, pahlawan bulutangkis Indonesia, lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956. Dia legendaris bulutangkis Indonesia setelah Rudy Hartono. Dia telah puluhan kali mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga (bulutangkis) dunia. Ia terkenal dengan pukulan jumping smash, yang dijuluki sebagai King Smash.

Sejak kecil Swie King sudah bermain bulu tangkis atas dorongan orangtuanya di Kudus, kota kelahirannya. Kepiawaiannya bermain bulutangkis makin terasah ketika ia masuk ke dalam klub PB Djarum yang telah banyak melahirkan para pemain nasional.

Dalam catatan Pusat Data Tokoh Indonesia, Liem Swie King meraih berbagai prestasi selama 15 tahun berkiprah di bulutangkis. Pertama kali, Swie King meraih Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972). Pada usia 17 tahun (1973), ia menjuarai (II) Pekan Olahraga Nasional. Setelah itu, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Ia pun meraih Juara Kejurnas 1974 dan 1975.

Kemudian berkiprah di kejuaraan internasional, meraih Juara II All England (1976 & 1977). Kemudian tiga kali menjadi juara All England (1978, 1979, 1981), kejuaraan paling bergengsi kala itu. Selain itu, puluhan medali grand prix lainya, medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan tiga medali emas Piala Thomas (1976, 1979, 1984) dari enam kali membela tim Piala Thomas. Ketika menantang Sang Legendaris Rudy Hartono di final All England tahun 1976, usianya masih 20 tahun. Setelah itu, Liem Swie King menjadi penerus kejayaan Rudy.

Demi Masa Depan
Demi menjamin masa depan, ia pun mengundurkan diri sebagai pemain nasional bulutangkis tahun 1988. Kendati ia tidak langsung bisa menemukan kegiaatan usaha untuk mencapai cita-citanya. Setahun setelah berhenti itu, King nyaris dapat dikatakan menganggur. Sebab keahlian dan pengetahuan yang dia miliki hanyalah olahraga bulu tangkis.

Kemudian ia mulai ikut mengelola sebuah hotel di Jalan Melawai Jakarta Selatan milik mertuanya. Setelah itu, ia melebarkan sayap dengan membuka usaha griya pijat kesehatan. Kini usahanya telah mempekerjakan lebih dari 400 karyawan. Berkantornya di Kompleks Perkantoran Grand Wijaya Centre Jakarta Selatan.

Bagaimana King bisa tertarik pada bisnis perhotelan dan pijat kesehatan? Rupanya sebagai pemain bulu tangkis yang sering menginap di hotel berbintang, King tertarik dengan keindahan penataan hotel dan keramahan para pekerjanya. Begitu pula soal griya pijat. Saat menjadi atlet, King selalu membutuhkan terapi pijat setelah lelah berlatih dan bertanding. Kala itu, ia kerap mengunjungi griya pijat kesehatan di kawasan Mayestik Jakarta Selatan yang penataan ruangannya begitu bagus.

Ia pun berpikir bahwa usaha pijat kesehatan (spa) ini sangat prospektif. Kalangan eksekutif dan pengusaha Jakarta yang gila kerja butuh kesegaran fisik dan relaksasi. Maka dia membuka usaha griya pijat kesehatan Sari Mustika. Kini, dia telah membukanya di tiga lokasi, Grand Wijaya Centre, Jalan Fatmawati Jakarta Selatan, dan Kelapa Gading Jakarta Utara dengan total karyawan sekitar 200 orang. Dalam mengelola usahanya, ia pun tidak sungkan-sungkan menyambut sendiri tamu hotel atau griya pijatnya.

Hasilnya, selain usahawan dan eksekutif lokal, serta keluarga-keluarga menengah atas Jakarta, banyak ekspatriat menjadi pelanggan griyanya. Ia pun merasa bahagia karena bisa membuktikan griya pijat tidak selalu berkonotasi jelek seperti yang dibayangkan kebanyakan orang.

Menurut informasi dari kerabat dekatnya, Liem Swie King sebenarnya dari marga Oei bukan marga Liem. Pergantian marga seperti ini pada masa dahulu zaman Hindia Belanda biasa terjadi, pada masa itu seorang anak dibawah usia ketika memasuki wilayah Hindia Belanda (Indonesia sekarang) harus ada orang tua yg menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang tua aslinya, maka oleh orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua" yg lain, "orang tua" ini bisa saja bermarga sama atau lain dari aslinya.

Pebulutangkis yang pernah terjun ke dunia film sebagai bintang film Sakura dalam Pelukan, ini kini hidup bahagia bersama isteri dan tiga orang anaknya Alexander King, Stevani King dan Michele King. Ternyata, anak-anaknya tidak tahu bahwa King seorang pahlawan bulutangkis Indonesia.

Belakangan, Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale, pemilik rumah produksi Alenia, mernjadikan kehebatan Liem Swie King dalam dunia bulutangkis Indonesia sebagai inspirasi untuk membuat film tentang bulutangkis. Film itu memang bukan bercerita tentang kisah kehidupan King. Akan tetapi, dalam film itu, King menjadi inspirasi bagi seorang ayah yang kagum pada King, lalu memotivasi putranya untuk bisa menjadi juara seperti King. ►Tian Son Lang